Gereja dan Ekologi. Gereja memiliki tanggung jawab memelihara bumi (Gambar: BPK Gunung Mulia). |
Banjir, bau tidak sedap, lingkungan kotor dan perubahan iklim yang tidak pasti sudah tidak asing lagi bagi kita. Hal ini tentu diakibatkan oleh berbagai hal yang menyumbang kerusakan lingkungan, salah satunya adalah pola hidup konsumeris dan instan di era modern. Budaya instan atau budaya sekali pakai sudah semakin menjamur dalam segala sendi kehidupan manusia. Yang paling kontras adalah dalam pemasaran makanan dan minuman yang menggunakan kemasan plastik. Padahal kesadaran masyarakat dalam mengendalikan sampah masih rendah. Kenyataannya masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan. Akibatnya sampah kian menumpuk. Ketika hujan turun sampah-sampah bermuara ke sungai dan akan menghambat aliran sungai dan sungai pun akan meluap dan jika hujan turun cukup lama, akan mengakibatkan banjir terjadi dan menggenangi rumah masyarakat.
Dunia juga semakin panas karena manusia menebangi pohon, asap kendaraan, asap pabrik, membakar sampah dan tindakan pencemaran lain. Semua hal ini mengakibatkan dunia semakin panas. Sehinga perlahan-lahan lapisan ozon semakin menipis. Karena itu dunia ini kian lama kian panas.
Dunia yang diciptakan oleh Tuhan dengan amat baik (lih. Kej. 1:31) kini rusak begitu cepat akibat kecerobohan dan keserakahan manusia. Akhirnya manusia sendiri juga yang akan merasakan akibatnya. Manusia akan merasa tidak nyaman apabila banjir terus terjadi dan bumi semakin panas. Maka harus dicari solusi untuk mencegah hal-hal itu dan kita dapat hidup tentram di dunia ini.
Lynn White pada tahun 1967, seorang sejarawan menyatakan bahwa kekristenan adalah “the most anthropocentric religion” yang memicu manusia mendominasi alam semesta. Sehingga apabila dunia ini rusak, maka yang paling bertanggungjawab atas kerusakan itu adalah orang Kristen. Namun ada hal lain yang dapat menjadi poin positif, agama Kristen memiliki dampak yang besar. Agama Kristen adalah komunitas orang percaya (gereja), ini akan menjadi modal utama dalam rangka menghidupkan kembali perawatan akan bumi.
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh gereja untuk kembali merawat alam. Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Biblis
Pendekatan Biblis dilakukan dalam rangka memberikan pemahaman kepada jemaat tentang konsep ekologis di dalam Alkitab. Alkitab adalah firman Allah yang menjadi pedoman bagi kehidupan orang percaya, oleh karena itu segala tindakan hendaknya bergantung pada Alkitab dan itulah pesan Allah kepada umat-Nya. Misalnya dengan melakukan Pendalaman Alkitab dengan tema-tema ekologis.
2. Penyuluhan Ekologi
Penyuluhan Ekologi termasuk kepada proses edukasi. Pendekatan ini penting dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada jemaat agar memiliki pemahaman terkait Ekologi. Dengan memiliki pemahaman tentang ekologi maka jemaat diharapkan akan mampu merawat alam dan menjaga diri dari perbuatan yang menciderai alam. Gereja dapat melakukan seminar-seminar tematis lingkungan, loka karya ekologis dan pelatihan-pelatihan lain untuk meningkatkan pemahaman jemaat dalam hal ekologi.
3. Kampanye Sosial (social campaign)
Kampanye perlu dilakukan dalam membumikan dan mempromosikan kecintaan akan lingkungan dan menjaga lingkungan. Kampanye dapat dilakukan dengan berbasis offline dan online. Kampanye offline dapat diilakukan dengan melakukan ajakan kepada masyarakat dengan menyebarkan selebaran-selebaran ajakan merawat alam, membagikan sticker dengan pesan cinta lingkungan. Kampanye online dapat dilakukan dengan kampanye di media sosial dengan memposting quotes dan hashtag di akun-akun media sosial.
4. Kegiatan Praktis
Selain melakukan pelatihan-pelatihan dan edukasi tentang ekologi, gereja juga perlu melakukan aksi nyata. Gereja dapat melakukan kegiatan kebersihan lingkungan, melakukan penanaman pohon, menyediakan tempat sampah, penanaman bunga dan pengadaan taman untuk memperindah pekarangan sekitar.
Secara keseluruhan, hal-hal di atas adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh gereja dalam menunjukkan perannya di dunia sebagai pemberita kasih Allah. Allah tidak saja hanya menciptakan dan mengasihi manusia. Allah juga menciptakan dunia ini dan segala isinya, termasuk pohon-pohon, hewan-hewan, ikan-ikan dan segala ciptaan lainnya, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan (lih. Kol. 1:15-23). Ketika manusia merusak alam, pada saat itu juga manusia telah merusak ciptaan Tuhan. Karena itu kita harus berpikir dan bertindak lebih berhati -hati agar tidak merusak alam dan segala yang terkandung di dalamnya. Pujilah Tuhan dan cintailah alam.
Oleh: Timothy P. Saragi (Opini)
Posting Komentar