Bacaan:
- Yesaya 35:5
Syukur kepada Tuhan, seiring dengan perjalanan waktu saya akhirnya menemukan jawabannya. Saya berusaha mencari arti dan makna hidup, saya berdoa, bergumul dan membaca buku-buku. Dari semua perjalanan mencari jawab itu, saya menyadari bahwa Tuhan punya maksud dalam setiap hidup manusia. Pasti ada rencana Tuhan dalam setiap kehidupan manusia, begitu saya berpandangan.
Kemudian saya semakin menyadari bahwa hidup itu harus memiliki arti, tidak boleh hanya hidup saja, tapi berarti. Berarti bagi orang lain, berarti bagi tempat dan lingkungan di mana kita berada. Sejak saat itu, semangat agar berarti bagi orang lain tertanam dalam diri saya. Saya memiliki harapan agar kehidupan saya berarti. Harapan inilah yang mendorong dan memberikan semangat bagi saya.
Saya menyadari bahwa manusia itu hidup karena harapan. Harapan bisa dipahami sebagai sesuatu yang kita inginkan (mau). Dari kisah yang sudah saya gambarkan di atas, saya sendiri memiliki keinginan (harapan) agar hidup saya berarti bagi orang lain. Tentu saja harapan atau keinginan setiap orang bisa berbeda-beda seperti sepenggal lirik dari lagu Batak, yang menyebutkan “marragamragam do anggo sittasitta di hita manisia” (keinginan setiap manusia berbeda-beda). Olehnya kita dapat memahami bahwa setiap manusia itu memiliki keinginan dan harapan, meski berbeda-beda. Dapat dikatakan oleh karena itulah manusia hidup (secara spirit).
Nas renungan kita hari ini juga berbicara tentang pengharapan. Nas ini merupakan bagian dari perikop nubuatan keselamatan bagi umat Tuhan yang disampaikan oleh Tuhan melalui Nabi Yesaya. Akibat dari tidak mematuhi hukum Tuhan, maka Israel dihukum dan dibuang ke Babel. Namun Tuhan tetap mengasihi umatNya itu. Dalam pembuangan sekalipun, Tuhan tetap mengasihi mereka, sehingga ia mengutus Nabi Yesaya untuk menyampaikan pesan Tuhan, penghukuman Tuhan serta kasih Allah.
Kitab Yesaya sendiri terdiri dari 66 pasal yang dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama, sebelum pembuangan (1-39), fase kedua dalam pembuangan (40-55) dan fase ketiga sesudah pembuangan (55-66). Nas renungan kita pada hari ini terdapat pada fase pertama, sebelum pembuangan, berbicara tentang kabar buruk tentang datangnya penghukuman Allah, karena Israel menolak Tuhan dengan menyembah ilah lain. Kendati Tuhan marah kepada umatNya, tetapi Ia tetap mengasihi mereka. Berita tentang penghukuman juga disertai dengan kata-kata pengharapan dan pemulihan.
Meskipun Tuhan murka kepada Israel, karena pemberontakan mereka. Tuhan tetap mengasihi mereka. Bahkan dalam ayat 4 perikop ini dikatakan bahwa Allah sendirilah yang akan menyelamatkan mereka. Selanjutnya dikatakan bahwa mata orang-orang buta akan dicelikkan dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.
Dapat kita bayangkan betapa sulitnya keadaan yang dialami oleh umat Israel kala itu, ketika mereka berada dalam pembuangan dan dijajah oleh bangsa lain. Segala keadaan yang tidak diharapkan bisa saja terjadi, kesulitan dan penderitaan. Apabila kita mengalami kehidupan yang demikian, berada dalam kesusahan, penderitaan dan kesulitan, rasanya seperti tidak ada harapan lagi, barangkali kita akan berpikir bahwa betapa tidak berartinya kehidupan ini. Namun ketika kita menyadari dan mengetahui ada secercah harapan, seperti yang difirmankan oleh Tuhan, bahwa segala sesuatunya akan berlalu. Tuhan akan menyelamatkan, Tuhan akan membebaskan. Hal itu dapat memberikan semangat bagi Israel untuk tetap semangat dan setia dalam proses pembuangan. Mereka dapat memiliki semangat dan harapan bahwa Tuhan akan membebaskan mereka.
Nas renungan kita hari ini tertulis dalam Yesaya 35:5 dikatakan bahwa mata orang-orang buta akan dicelikkan dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Mata dan telinga merupakan dari lima indra manusia. Dapat dikatakan sebagai bagian yang sangat penting dalam tubuh manusia. Ketika mata dan telinga tidak berfungsi dengan baik lagi atau tidak berfungsi sama sekali, maka dapat dikatakan tubuh sudah tidak sempurna lagi secara fisik dan akan menghambat beberapa fungsi utama yang dijalankan oleh indra tersebut sehingga mempersulit berbagai keadaan manusia untuk beraktivitas. Dalam artian bahwa ketika kedua indra tersebut tidak berfungsi, maka sudah sangat sulit sebenarnya dan bisa dikatakan hampir tidak ada harapan. Namun ketika Tuhan datang, keadaan yang buruk, kesulitan bahkan ketiadaan harapan sekalipun dapat diubah oleh Tuhan.
Karena itu bapak/ibu hiduplah dalam pengharapan. Jika bapak/ibu saat ini sedang mengalami kesulitan, penderitaan, tantangan dan kegelapan dalam hidup datang dan berharaplah kepada Tuhan. Percayalah Ia akan mengubahkan kehidupan kita, dari yang terburuk, menjadi yang terbaik. Asalkan kita percaya dan berharap hanya padaNya.
Selamat menjalani kehidupan.
Doa:
Ya Tuhan, tolonglah kami di dalam kehidupan kami. Yakinkan kami agar berharap hanya padaMu saja. Kami percaya bahwa Engkau akan menyelematkan kami. Amin.
Penulis: Vic. Pdt. Timothy P. Saragi
Posting Komentar