Khotbah Minggu 7 Juli 2024 Minggu Keenam Setelah Trinitatis tertulis dalam Kitab Mazmur 48 ayat 1 - 15. Mari kita perdalam pemahaman kita akan perikop khotbah ini. Sesuai dengan Almanak Gereja kita yang menjadi tema khotbah adalah "Allah Benteng Bagi Kita." Mari kita ikuti pembahasannya.
Pendahuluan
Setiap kita pasti memiliki cerita yang mengagumkan dalam perjalanan hidup kita. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah cerita atau pengalaman hidup yang besar dan luar biasa dalam hidup kita itu, kita hubungkan dengan Tuhan? Atau kita hanya menganggapnya sebagai cerita hidup biasa, yang memiliki pasang surut atau naik turun. Banyak kejadian dalam hidup, yang bagi banyak orang dianggap biasa saja, namun sesungguhnya bagi mereka yang tahu dan takut Tuhan melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang patut disyukuri, dibanggakan dan diceritakan sehingga orang lain juga dapat bersyukur atas hidupnya.
Pembahasan
Bani Korah, yang menuliskan syair pujian ini, juga sedang mengekspresikan pengalaman hidup serta apa yang disaksikannya tentang Tuhan, agar orang lain tersentuh dan disapa, serta percaya dan mengakui keberadaan Tuhan di atas tanah, gunung, laut, rumah, ibadah dan di kota-kota bahkan hingga di ujung-ujung bumi. Pengalaman yang menakjubkan yang dialami pemazmur, menjadi kesaksian bagi pembaca sepanjang masa, termasuk kita, sehingga apa yang menjadi teks khotbah kali ini memiliki makna yang mendalam. Bagaimana hal itu diperkenalkan pemazmur?
Pemazmur mengakui keberadaan Allah yang hadir, dipuji dan diagungkan di tengah kehidupan umatNya (ayat 1-4).
Bani Korah atau Pemazmur dalam hal ini memahami bahwa Allah itu adalah Allah yang ada dan Allah yang hadir di tengah kehidupan umat manusia. KeberadaanNya diketahui, karena Allah sendiri memang menyingkapkan/ menyatakan diriNya, kepada umatNya, kepada orang-orang yang dipilihNya dan yang diutusNya. Dia juga menyatakan dirinya dengan FirmanNya (bnd. Kej. 12, kepada Abram), namaNya (bnd. Kel. 3, kepada Musa), keinginanNya (Kel. 3:7), kehendakNya, bahkan menyatakan hukum-hukumNya (Kel. 6).
Dalam beberapa peristiwa Allah juga menyatakan tempat atau lokasi tertentu sebagai tempat kudus, suci dan tempat kehadiranNya sehingga harus dihargai dan dihormati serta dikuduskan karena tempat itu menjadi tempat bertemu, hadir dan adanya Allah. Musa diingatkan bahwa tempat di mana dia berdiri adalah tanah yang kudus (bnd. Kel. 3:5), demikian juga Abram yang bertemu dengan Allah di More, yang kemudian di sana Abram juga mendirikan mezbah bagi Tuhan, karena telah menampakkan diri kepadaNya. Di beberapa tempat lainnya dengan berbagai peristiwa, Abram juga mendirikan mezbah-mezbah bagi penyembahan Allah, untuk memanggil nama Allah yang menyatakan diri kepadaNya (Kej. 12:6-9). Selain itu tidak jarang gunung-gunung yang tinggi dan menjulang diyakini sebagai tempat Allah bersemayam, maka tidak sedikit dibuat tempat-tempat pemujaan bagi Allah di sana.
Dalam hal ini, pemazmur dengan gamblang mengatakan "Besarlah Allah dan sangat terpuji" di kota, di gunung, di kota Raja Besar untuk menunjukkan bahwa ibadah-ibadah raya sedang dilakukan di berbagai tempat itu, di mana Allah dianggap dan dipahami hadir dan ada di sana. Pemujaan bagi Allah dilakukan, karena dipahami Allah hadir di sana dan menjadi benteng pertahanan yang melindungi, memelihara dan menjaga umatNya.
Kehadiran Allah mengubah kehidupan umatNya (ayat 5-9).
Pengalaman hadirnya Allah dan kuasaNya yang terjadi dalam hidup kita, menjadi sebuah cerita/ kesaksian dari generasi ke generasi berikutnya. Pengalaman itu pun, menjadi sebuah kesaksian iman, karena meyakini Tuhan ada di sana dan berkarya bagi kita. Sama halnya dengan pemazmur, yang tentu bukanlah cerita yang dibuat-buat, melainkan pengalaman demi pengalaman yang terjadi di dalam hidupnya karena meyakini dan menyaksikan Tuhan ada di sana di dalam setiap kejadian yang ada.
Dalam teks dikatakan, raja-raja berkumpul, mereka datang demi melihat, mereka tercengang. Semuanya ini menjadi respon yang spontan di dalam kehidupan manusia. Ada rasa ingin tahu yang besar, ingin menyaksikan dan apa kira-kira yang akan dibuatNya, yang tetap menjadi sebuah misteri. Di samping itu, ada pula selalu yang sebaliknya, sebagaimana disebut lari kebingungan, mereka gentar, mereka juga kesakitan. Ini juga menggambarkan bahwa melihat dan menyaksikan segala perbuatan Tuhan, bagi sebagian orang itu mendatangkan ketakutan yang amat sangat sebagaimana sudah dinyatakan dalam teks, yang meski bagi sebagian orang, sungguh menyenangkan dan menggembirakan, karena itu juga berarti berkat dan kelimpahan.
Kehadiran Allah juga memberikan dukungan dan kemenangan bagi umatNya. Jika di suatu masa, Yosua mengingatkan bangsa yang dipimpinnya, Israel, dengan mengatakan, bahwa "Kamu ini telah melihat segala yang dilakukan Tuhan Allahmu, kepada semua bangsa di sini demi kamu, sebab Tuhan Allahmu, Dialah yang telah berperang bagi kamu" (Yosua 23:3), itu berarti bahwa Yosua bersama dengan bangsanya dalam pertempuran bukan menang karena hebatnya mereka, atau kepemilikan alat tempur yang hebat, ataupun memiliki strategi yang luar biasa melainkan karena kehadiran Tuhan. Tuhan bekerja dalam pertempuran mereka.
Martin Luther (1529) di tengah perjuangannya mengkritisi banyak hal yang terjadi di dalam gereja, saat dia ditentang, diancam, dipenjara, Luther menciptakan sebuah lagu yang kemudian disederhanakan, sebagaimana yang ada di Kidung Jemaat No. 250, dengan judul "Allahmu Benteng yang Teguh" yang dalam syairnya, di ayat satu ditulis demikian:
Allahmu benteng yang teguh, perisai dan senjata,
Betapapun sengsaramu pertolonganNya nyata,
Si jahat yang geram, berniat 'kan menang,
Ngeri kuasanya dan tipu dayanya di bumi tak bertara.
Lagu Martin Luther ini, muncul dari pergumulan yang dihadapinya di dunia, saat kelompok si jahat dan iblis ingin menyerang dan mengalahkan kita, tetapi sesuai dengan pengalaman Luther, kuasa iblis kalah di hadapan Tuhan.
Komitmen yang dibuat umat yang takjub dengan Tuhan (ayat 10-15).
Rasa takjub umat Tuhan terhadap karyaNya membuat umat membangun komitmen dalam hidupnya, diawali dengan keinginan untuk mengingat kasih setia Tuhan yang telah dialami dari masa ke masa. Israel dalam hal ini telah mengalaminya cukup panjang, bagaimana pasang surut perjalanan kehidupan, namun kasih setia, pertolongan, tangan Tuhan terus menyertai mereka, meski ada saat-saat tertentu Allah murka terhadap mereka oleh sikap dan perilaku mereka yang buruk, melawan firmanNya. Menyadari semuanya itu membuat mereka tunduk dengan rasa malu dan melihat bahwa kasih setia Tuhan itu jauh lebih besar dibandingkan dengan apapun.
Kesimpulan dan Refleksi
1. Dalam menghadapi pergumulan hidup di dunia saat ini, dengan berbagai isu resesi ekonomi dunia yang akan mempengaruhi semua lini kehidupan, adakah kita masih merasakan Tuhan ada dan hadir dalam kehidupan kita? Adakah kita masih datang dengan sembah dan pujian yang mengagungkan nama Tuhan di dalam hati kita, di sudut rumah kita atau di tengah gereja kita? Adakah masih ada lantunan lagu-lagu pujian kita persembahkan kepada Tuhan untuk menyatakan bahwa Tuhan layak dipuji dan disembah sekalipun kita menghadapi hal-hal sulit, seperti yang dilakukan oleh pemazmur? Orang percaya, adalah orang yang mengetahui dengan pasti bahwa Tuhanlah satu-satunya tempat mengadu, tempat perlindungan yang abadi.
2. Kita tidak mengetahui kapan Tuhan datang dengan hal-hal yang mengagumkan dari-Nya. Apakah kita merasakan sesuatu yang berbeda dengan semuanya itu? Adakah sikap hidup kita, juga ibadah kita diarahkan hanya kepada Tuhan, ketika Dia menjadi semakin nyata bagi kita?
3. Di perjalanan hidup kita, mari kita dengan komitmen mengikat perjanjian yang baru dengan Tuhan agar semakin dekat dan cinta akan Tuhan. Sungguh kagum segala perbuatan, kasih setia dan keadilan Tuhan dalam hidup kita. Mari kita katakan: “Tuhan ini aku dengan segala kelemahan yang ada padaku, selamatkan aku di dalam kasihMu. Engkaulah benteng pertahanan hidupku selamanya.
Posting Komentar