Khotbah Minggu 27 April 2025 Minggu Quasimodogeniti tertulis dalam Kitab Yesaya 55 ayat 1 - 5. Mari kita perdalam pemahaman kita terhadap Perikop Khotbah ini. Sesuai dengan Almanak Gereja kita yang menjadi tema Khotbah adalah "Dengarkanlah Tuhan Maka Kamu Akan Hidup." Mari kita ikuti pembahasannya.
Pendahuluan
Nama Yesaya yang menulis kitab ini dalam Bahasa Ibrani Ysya Yahu artinya Allah adalah keselamatanku. Nabi Yesaya bernubuat pada zaman pemerintahan Raja Uzia, Raja Yotam, Raja Ahas dan Raja Hizkia sebagai raja Yehuda. Kitab Yesaya dibagi menjadi 3 bagian besar, bagian pertama disebut dengan Proto Yesaya (Pasal 1-39) ditujukan kepada orang-orang Yehuda sebelum pembuangan ke Babel, bagian kedua disebut Deutro Yesaya (Pasal 40-55) untuk bangsa Yehuda dalam pembuangan di Babel, dan bagian ketiga disebut Trito Yesaya (Pasal 56-66) untuk bangsa Yehuda yang sudah kembali dari pembuangan.
Perikop Yesaya 55 ayat 1-5 yang menjadi khotbah hari ini adalah bagian akhir dari Deutro Yesaya yang mengajak umat untuk kembali mendengarkan Tuhan dan mempersiapkan diri menyambut rencana Allah untuk membebaskan umatNya. Mereka yang ada dalam pembuangan di Babel memiliki perasaan terbuang dan tidak berdaya. Mereka dalam keadaan yang hancur tanpa harapan dan mengalami degradasi iman yang luar biasa bahkan kemudian meragukan kedaulatan Allah yang mampu melepaskan mereka dari perbudakan. Karena itulah dalam bagian ini, Nabi Yesaya dipakai Tuhan untuk menyerukan kekuatan dan pengharapan kepada umat Tuhan untuk membangkitkan semangat mereka, supaya mendengar dan menaati Tuhan yang Maha Penolong di tengah-tengah keputusasaaan hidup.
Pemerintahan Koresh, raja Persia secara politik menguntungkan umat Israel. Kebijakan politik luar negerinya dianggap sebagai kekuatan yang baru yang mampu menandingi kekuatan Babel yang sudah kian disegani di wilayah Persia. Kemunculan Koresh membawa harapan untuk orang-orang buangan, bahwa akan ada kemungkinan meraka dibebaskan dan diizinkan pulang ke Yerusalem. Inilah yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan umat. Tuhan menawarkan keselamatan yang berhubungan dengan penebusan, pembebasan, pembenaran dan keadilan. Bangsa Israel memang merasa bahwa Tuhan tidak lagi sanggup menolong mereka, karena kurang lebih 70 Tahun mereka ada dalam pembuangan sehingga mereka berpaling pada allah yang lain, berlaku tidak adil dan menajiskan kekudusan Allah di mana mereka berada. Namun Allah tidak pernah meninggalkan umat yang dikasihiNya. Allah berinisiatif mengundang mereka untuk datang menerima pemulihan dan mengembalikan mereka sebagai bangsa yang merdeka. la bahkan menggunakan siapa saja untuk menolong umat yang dikasihiNya.
Pembahasan
Nubuatan Yesaya dalam perikop ini menegaskan bagaimana Allah berinisiatif memulihkan bangsaNya. Beberapa hal yang menjadi pokok penekanan dalam perikop ini di antaranya:
Allah yang Berinisiatif Memanggil UmatNya (ayat 1-2a).
Allah memanggil umatNya dengan sebuah penggambaran atau analogi. Bagaikan seorang penjual di pasar, mengajak orang untuk membeli dagangannya, demikian nabi memanggil atas nama TUHAN bukan hanya untuk mengambil pangan saja, tetapi untuk turut serta dalam jamuan yang telah disiapkan. Air dan gandum sebagai kebutuhan pokok, ditambahkan anggur yang menyukakan hati manusia. Susu diberikan sebagai hasil tanah yang dijanjikan oleh Tuhan kepada umatNya. Allah pernah menjanjikan kepada bangsa Israel tanah akan negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya (Kel. 3:8,17; 13:5; 33:3). Semuanya tersedia serta dihidangkan dengan baik dan lezat. Sangat jelas inisatif Allah sendiri memanggil umatNya turut serta dalam jamuan keselamatan yang disiapkan olehNya. Allah mengundang semua orang yang haus dan lapar untuk datang mendekat kepadaNya oleh karena kemurahanNya yang besar. Anugerah Tuhanlah yang memungkinkan bangsa itu ditebus dan diselamatkan. Orang haus dan lapar adalah gambaran keadaan bangsa Israel yang mengalami pergumulan besar dalam pembuangan Babel. Allah sendiri yang menyelamatkan umatNya.
Dalam hal ini perlu dipahami bahwa air, roti dan sajian lezat merupakan kiasan makanan rohani. Firman yang Tuhan berikan untuk didengar (band. Amsal 9:1-5). Manusia hidup bukan dari roti saja tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan oleh TUHAN (UIangan 8:3). Tuhan mengaruniakan manna di padang gurun dan makanan yang berkelimpahan di suatu negeri (band. Ulangan 32:13-14), berkatNya meliputi segala sesuatu yang manusia perlukan untuk hidup bahagia. Mereka kehilangan pengharapan akan kehadiran, kedaulatan dan kemahakuasaan Allah, karena itu mereka bagaikan sedang hidup di tanah yang gersang dan kering. Sebab itu Allah mengajak umat untuk datang kepada-Nya, Sang Sumber Air Hidup yang sejati, tanpa hambatan bahkan persyaratan. Air, gandum, anggur, bahkan susu adalah simbol dari berkat melimpah yang ditawarkan Tuhan bagi umat yang mau datang kepadaNya. Semuanya diberikan Tuhan secara gratis atau cuma-cuma. Undangan dari Tuhan mendapat penegasan dengan kata tanpa bayaran. Orang-orang diundang untuk makan dan minum menikmati sampai kenyang tanpa membayar apa-apa. Allah tidak meminta bayaran, karena sesungguhnya manusia tidak memiliki apa-apa untuk kemudian sanggup membayar segala pemberian Tuhan.
Berkat yang Tuhan berikan itu dipertentangkan dengan yang bukan roti atau yang tidak mengenyangkan, namun yang dibeli dan diusahakan. Ini merupakan kemajuan yang dicapai di luar berkat Tuhan seperti kekayaan yang didapatkan di Babel yang tidak mengenyangkan karena pemiliknya tetap orang buangan atau kemewahan yang tidak mengisi hati. Allah juga menekankan bahwa manusia sering mencari kepuasan materi yang sementara tetapi hanya Dia yang dapat memberikan kepuasan yang sejati. Karena itu Allah menyayangkan sikap umat yang seolah-olah mau membeli sesuatu yang tidak mengenyangkan, sebagai penggambaran dari sikap umat yang mau berusaha dengan kekuatan dan kemampuan mereka sendiri supaya dapat selamat dan berhasil, padahal semua itu hanya akan berakhir pada kesia-siaan, sebab hanya Tuhanlah yang dapat membawa umat menikmati apa yang baik dan sejati dalam kehidupannya.
Panggilan kepada Umat agar Mendengar Tuhan (ayat 2b-3a).
Ajakan Allah kepada umatNya untuk menikmati hidangan yang tersedia adalah datang mendengar Tuhan. Umat datang mendengar dengan penuh perhatian dengan tujuan agar kamu hidup (bahasa aslinya berarti agar jiwamu hidup). Yang ditekanan di sini ialah agar umatNya hidup. Kehidupan yang dimaksud adalah kondisi yang bertolak belakang dengan apa yang mereka rasakan di Babel. Bahkan kehidupan yang dimaksud sejajar dengan apa yang dikatakan Yesus: Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yohanes 10:10). Datang mendengar Tuhan berarti datang menerima hidup dalam kelimpahan. Tuhan mengajak kita berpikir, mengajak kita menilai: Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik. Kalimat "dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik," ini masuk ke satu motif yang baru, sebelumnya berbicara tentang makanan, tentang lidah dan mulut, sekarang tentang telinga. Perkataan 'mendengarkan' dan 'memakan,' terasa kurang nyambung. Kalimat yang lebih masuk akal ialah bukalah mulutmu, maka kamu akan memakan yang baik. Jadi, Yesaya mulai dengan bahasa analogi. Tadinya dia berkata tentang air, gandum, anggur dan susu sekarang bicara. Aku dengarkanlah Aku. Ini tentang diri Tuhan. Pemberian yang sesungguhnya adalah diri Tuhan sendiri. Mendengarkan Tuhan, seumpama meminum air, menerima gandum, meminum anggur dan susu. Mendengarkan Tuhan, berarti kita akan menikmati yang baik, kita akan menikmati sajian yang paling lezat dalam hidup ini. Mengapa masih ada yang membelanjakan uang pada sesuatu yang bukan roti? Mengapa masih ada yang berpaling dan tidak mau datang mendengar dan menerima sesuatu berkat dari Tuhan?
Gambaran kehidupan manusia saat tidak mendengar firman Tuhan ialah membelanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahnya untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan. Ini Gambaran kehidupan yang sia-sia dan salah arah. Seolah-olah manusia sudah tidak bisa membedakan mana yang perlu dan tidak perlu mana yang bermafaat dan mana yang mencelakakan dalam hidupnya. Sementara gambaran kehidupan manusia yang mau datang mendengar Tuhan ialah: Kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Inilah kehidupan yang berhikmat dan tepat guna, yakni menikmati dan mencapai tujuan hidupnya. Banyak orang yang tidak mau mendengar dan hanya mau didengar, sehingga hidupnya terjerumus pada yang sia-sia. Oleh sebab itu ajakan dengarkanlah Aku, adalah sapaan Allah yang penuh kasih dan perhatian agar hidup umatNya tidak terus menerus dalam arah yang salah menurut kehendaknya sendiri, dan karenanya ia lanjutkan dengan metafora 'makan,' kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Inilah gambaran kehidupan yang berkelimpahan saat hidup diarahkan untuk mendengar Tuhan.
Allah Mengikat Perjanjian Abadi kepada UmatNya (ayat 3b-5).
Aku hendak mengikat perjanjian yang abadi dengan kamu menurut kasih setia. Tindakan-tindakan yang menyatakan kasih setia ialah yang teguh dan yang dapat dipercaya. Dalam II Samuel 7 : 5 - 16 nabi Natan menyampaikan janji kepada Daud bahwa kasih setiaNya (TUHAN) tidak hilang daripadanya bahkan keturunan dan kerajaannya tetap kokoh untuk selama-lamanya. Janji ini yang disebut perjanjian abadi. Tuhan pun menawarkan perjanjian yang kekal berdasarkan kasih setiaNya. la hendak mengikat umat dalam hubungan yang kuat dan kokoh. Janji Allah kepada para leluhur bangsa Israel bersifat kekal, karenanya perwujudan janji itu tidak dapat dibatalkan oleh siapapun dalam situasi apapun. Pembuangan tidak melemahkan apalagi membatalkan perjanjian itu.
Allah mengatakan Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud. Di sini dikatakan perjanjian abadi bukan perjanjian yang sementara, bukan ikatan relasi yang kontraktual. Ini relasi yang langgeng, relasi yang terus-menerus. Bukan karena tekanan sosial dari umat, bukan karena adanya usaha manusia tapi karena ada kasih yang setia dan kasih yang teguh. Ini adalah sifat Allah di dalam diriNya. Kita membaca di Alkitab bahwa Allah itu kasih dan kasih Allah itu setia.
Dalam Perjanjian Lama memang Daud memiliki suatu tempat khusus di dalam skema karya Tuhan dalam Kerajaan Allah, dalam sejarah keselamatan. Apakah kekhususan Daud itu? Ayat 4: Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa. Apa kaitan Daud dengan 'saksi bangsa-bangsa?' Apa yang dimaksud dengan 'saksi bangsa-bangsa?' Dalam hal ini kita bisa membaca salah satu dari kitab Mazmur 18 : 43 - 45 (44 - 46). Engkau meluputkan aku dari perbantahan rakyat, Engkau mengangkat aku menjadi kepala atas bangsa-bangsa, bangsa yang tidak kukenal menjadi hambaku. Sekarang dibandingkan dengan Yesaya, kalimatnya dekat sekali. Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa, sesungguhnya, engkau akan memanggil bangsa yang tidak kaukenal dan bangsa yang tidak mengenal engkau akan berlari kepadamu (ayat 4-5b). Hal ini dijanjikan kepada Daud. Kehadiran umat dalam hubungan mereka dengan Allah akan dibuatNya, mereka dikenal oleh bangsa-bangsa lain dan keagungan akan menjadi bagian mereka karena Allah.
Sangat penting dipahami bahwa ternyata konsep yang diperkenalkan Yesaya dalam mewujudkan itu ialah konsep hamba yang menderita. Dalam bagian ini Yesaya bicara tentang Mesias yang adalah Hamba yang Menderita. Yesaya tidak menggeser konsep 'raja' dari keberadaan Daud, karena memang Mesias itu Raja, tapi dia memberikan nuansa yang baru di sini, bahwa Mesias juga adalah Hamba yang menderita. Jadi, Mesias itu Raja, yang adalah Hamba yang diperkenalkan Alkitab adalah konsep kuasa (power), konsep raja, yang memang betul memerintah, tapi memerintah melalui sosok yang menderita. Hamba yang menderita adalah hamba yang peduli dan rendah hati sehingga banyak orang yang datang kepadaNya karena dia mengundang siapapun untuk turut serta menerima keselamatan dari Dia.
Kesimpulan dan Refleksi
Mendengar Tuhan adalah mendengar FirmanNya. Dalam FirmanNya kita akan semakin mengenal-Nya, apa maksud Tuhan untuk kita, apa tujuan setiap keadaan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita. Mendengar Tuhan berarti mengandalkan Tuhan dan mengalami kehadiranNya dalam kehidupan nyata kita setiap hari. Dalam berbagai keadaan kita merasakan kehadiran Tuhan ketika keadaan sulit, kita percaya mungkin kita sedang digembleng, diproses dan ditempah oleh Tuhan sebagai sang perancang Agung dalam hidup kita. Dalam keadaan aman dan nyaman kita bersyukur karena tangan Tuhan sedang melindungi kita. Kita merasakan kehadiran Tuhan, karena kita selalu ada dalam rencana penyelamatanNya.
Dengarkanlah, maka kamu akan hidup, mendengar dan mempunyai hidup. Tuhan pasti mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang besar bagi kita, itulah sebabnya kita ada karena Tuhan berbicara kepada kita, dan karena kita menerima/mendengar, maka kita hidup.
Keselamatan yang dari Tuhan itu bukan cuma menyediakan kebutuhan jasmani tapi lebih dari itu Allah menyediakan kebutuhan Rohani. Allah tidak hanya menyediakan sesuatu untuk kita tetapi Ia menyediakan segala sesuatu untuk kita, Tuhan sendiri yang menyediakannya secara cuma-cuma. Keselamatan yang cuma-cuma bagi kita, ada harga yang harus dibayar. Yang mebayar bukan kita, tetapi Dia yang telah menderita untuk kita, Yesus Kristus Tuhan kita. Bukan karena gratis sehingga jadi murahan, tapi ada yang menyediakan, yang berarti membayar dengan harga yang mahal. Dengan demikian kita harus merespon undangan ini oleh setiap kita yang merasa diri haus. Setiap orang harus merespons secara pribadi. Di sana kita merasakan keberhasilan, kesuksesan dan kebahagiaan yang sesungguhnya yang tidak bisa diberi dunia ini, tetapi yang hanya bisa kita dapatkan di dalam Tuhan.
Dalam hidup pribadi kita masing-masing ada juga saatnya Tuhan berkenan melimpahkan berkatNya atas kita, sesuai dengan rancanganNya. Kita harus memeriksa diri sampai di mana kita saat ini mengikuti panggilan Tuhan yang telah kita dengar dan di mana kita kadang mengelakkan diri, sehingga hidup kita harus dibarui oleh Tuhan. Kadang ada orang yang tidak menyadari bahwa jalan yang sedang ia lalui adalah jalan yang salah, menuju kebinasaan. Jalan yang menghabiskan 'uang' untuk sesuatu yang bukan 'roti.' Tugas gereja yang utama ialah memastikan bahwa umat Allah saat ini sedang menjalani hidup sesuai dengan Firman yang telah didengar. Suara Tuhan yang terus memanggil umatNya ke jalan keselamatan adalah suara utama Gereja melalui pemberitaan Firman, pengajaran dan pelayanan seutuhnya. Amin.
Posting Komentar